Dulu banyak beredar mitos, jika anak mirip tetangga dipercaya bahwa saat anak itu dalam kandungan, sang ibu membenci tetangga sehingga anaknya mirip tetangga tersebut.
Tapi mitos semacam itu tidak ada bukti valid hingga sekarang. Sebagai generasi muda, kita sebaiknya berpikir lebih kritis. Tidak serta merta mempercayai hal itu begitu saja.
Sebab tidak ada bukti apapun yang menguatkan, membenci tetangga akan membuat anak mirip dengan tetangga yang dibenci tersebut. Ini justru bisa memberikan dampak lebih buruk untuk jangka panjang.
Memang, pada kenyataannya banyak kasus anak justru mirip tetangga dan tidak mirip dengan ayah kandungnya. Bukan dengan mempercayai mitos tersebut, tindakan yang benar justru melakukan penyelidikan apakah dengan tetangga tersebut masih ada hubungan darah atau tidak dari silsilah keluarga dulu.
Jika tidak ada, justru pantas dicurigai karena bisa saja ada indikasi perselingkuhan.
Ya, orang-orang dahulu hanya menggunakan mitos itu untuk menutupi kebusukan yang mereka lakukan sendiri. Setidaknya itu opini penulis.
Sebab orang jaman dulu, interaksi dan pergaulan hanya dengan para tetangga terdekat saja. Terjadi aksi perselingkuhan hingga menghasilkan anak, agar tidak ketahuan dibuatlah mitos seperti itu.
Dengan tujuan agar mereka merasa aman tanpa dituduh sesuai dengan apa yang dilakukan.
Tidak bermaksud membuka luka lama, atau tidak menghormati orang tua. Penulis membuat ini, hanya agar kita menjadi lebih kritis dan tidak mewajarkan perselingkuhan antar tetangga.
Jangan sampai mitos tersebut dijadikan alibi untuk menutupi perselingkuhan antar tetangga. Tapi bukan berarti kita juga langsung menganggap anak yang mirip tetangga adalah hasil perselingkuhan, minimal harus ada bukti hasil dari penyelidikan lebih dulu.