Kamu pada dasarnya sudah bahagia dengan keadaan kamu saat ini. Segala yang kamu miliki sudah cukup untuk membuatmu pantas beryukur. Tapi bayangkan, tiba-tiba ada teman yang datang. Mengatakan kamu itu belum bahagia, karena kamu belum bisa memiliki kendaraan mahal seperti yang dia miliki.
Hingga akhirnya dari itu, standar kebahagiaanmu berubah. Kamu merasa memiliki kendaraan yang lebih baik akan membuatmu bahagia. Dan setelah membelinya, ternyata merawat kendaraan itu lebih susah dan mahal. Kamu harus mengorbankan kebutuhan lain untuk biaya service, modifikasi, bahkan kerusakan yang datang. Seiring berjalannya waktu, kesannya biasanya saja meskipun kamu memiliki kendaraan yang lebih baik.
Hingga akhirnya kamu merasa tidak menemukan kebahagiaan dari kepemilikan itu. Kemudian kamu melihat, orang lain yang memiliki pekerjaan lebih baik. Sepertinya dia bahagia dengan hal tersebut. Bisa beli apa saja, dihormati, dan pekerjaannya menjadi impian banyak orang.
Kamu berusaha dan akhirnya bisa memiliki pekerjaan yang sama. Tapi ternyata didalam pekerjaan itu, ada tekanan dan tantangan berat. Satu sisi kamu merasa bangga yang kamu anggap sebagai kebahagiaan. Tapi di sisi lain, kamu merasa tertekan, tidak sesantai sebelumnya. Dan lama-lama kamu tidak menemukan kebahagiaan dari pekerjaan itu.
Selanjutnya, teman kamu tampak bahagia. Karena santai-santai memiliki usaha besar. Tidak tampak bekerja keras untuk bisa kaya raya. Akhirnya dengan tekad kuat, kamu memulai merintis usaha.
Selama proses kamu baru tahu banyak kesulitan yang dihadapi. Hingga akhirnya kamu sukses, namun terbayang-bayang oleh perubahan kebijakan, kompetitor, perubahan kebiasaan, yang bisa sewaktu-waktu menggulung habis usahamu. Kamu tidak bisa tidur tenang, meski kelihatannya santai setiap saat.
Dan setelah itu, kamu mulai melihat kebawah. Sepasang suami istri buruh yang bekerja satu minggu hanya libur satu kali. Saat libur itu, kesenangan mereka cuma satu, bertiga dengan anak menaiki motor butut, beli bakso dikampung sebelah. Raut kebahagiaan terpancar dari wajah mereka dengan kesederhanaan itu.
Barulah kamu sadar, bahwa kebahagiaan itu bukan diukur dari pencapaian. Semua tercipta karena kemampuan menerima keadaan yang ada. Dan baru kamu sadari bahwa kebahagiaan itu sebenarnya sudah bisa kamu dapatkan sejak lama.
Pencapaian itu perlu, tapi kebahagiaan juga perlu kita rasakan dalam keadaan apapun. Sehingga dalam setiap usaha, kita bisa menjalani semua dengan penuh kebahagiaan. Fokus pada diri sendiri dan ciptakan kebahagiaan pada setiap prosesnya. Jangan melihat kebahagiaan orang lain, karena kebahagiaan kamu sendirilah yang bisa benar-benar dirasakan dan dinikmati.
Berjuanglah dengan keras dengan tetap menyertakan kebahagiaan dalam setiap waktunya.