Buka warung sembako di kampung memang resikonya dihutang. Masih mending jika pada tertib membayar, yang ada malah pada menyepelekan dan seolah tidak punya tanggungan. Hingga akhirnya pemilik warung sendiri yang repot nantinya.
Sebab uang modal tergerus dan harus tombok untuk membuat warungnya berjalan sebagaimana mestinya. Itu harus dilakukan daripada nanti akhirnya dagangan semakin menipis, yang otomatis akan mempengaruhi performa dari warung sembako tersebut.
Bicara masalah orang yang hutang diwarung, ada yang beres namun ada juga yang malah berusaha tidak membayar. Biasanya sih selain karena keadaan, bisa juga karena memang sudah terbiasa dengan hal itu. Biar tahu ciri-cirinya, berikut ciri orang tak beres kalau hutang di warung tetangga.
1. Hutangnya di warung yang jaraknya jauh, padahal warung yang lebih dekat rumahnya banyak
Biasanya sih orang semacam ini cari warung yang lebih jauh dari rumahnya. Pemilik warung yang kritis pasti berpikir orang semacam ini sudah punya tanggungan hutang di warung dekat rumahnya. Sehingga harus lebih jauh mencari target karena di warung lain sudah masuk daftar pelanggan bermasalah. Sayangkan meski sudah berpikir seperti itu, pemilik warung sembako cenderung tidak enak jika menolak memberi hutang pada pembeli seperti itu.
2. Ada saja alasan yang digunakan untuk diperbolehkan berhutang
Biasanya jual kesedihan atau kesusahan, dan itu akan dibumbui dengan potensi kedepan yang akan segera mendapatkan uang untuk membayar. Misalnya saat ini uangnya sedang habis, dan beberapa hari lagi gajian. Meksipun tidak menjelaskan akan membayar setelah gajian, setidaknya orang seperti ini berusaha menggiring opini pemilik warung, hutangnya akan dibayar setelah gajian.
3. Kalau pas punya uang, belanja di warung lain yang dianggap lebih murah meski lebih jauh
Hutang tidak dibayar tapi ketika punya uang malah belanja di tempat lain. Alasannya karena di warung yang didatangi saat punya uang, harganya jauh lebih murah. Sedangkan warung yang didatangi ketika tidak punya uang, lebih mahal tapi boleh hutang.
4. Kalau sudah lama tidak muncul, sekali muncul tidak membahas hutangnya
Kadang seperti berusaha menghindar, ketika sudah lama tidak kelihatan, kembali ke warung. Entah mau hutang lagi atau bayar tunai, tapi tidak ada upaya menanyakan jumlah hutangnya. Kalau mau bayar tunai masih mending, yang keterlaluan itu lama tidak muncul dan kemunculannya cuma mau hutang lagi.
5. Biasanya suka menumpuk hutang berkali-kali
Hari ini hutang rokok, besok hutang sabun, besoknya lagi hutang kebutuhan lain, dan begitu seterusnya. Kalau sudah sampai ditagih karena hutang terus menumpuk, akhirnya menghilang atau sengaja tidak datang lagi.
6. Kalau sampai pemilik warung tidak menagih, diam saja berlagak lupa
Memang sebagai penjual, harus punya inisiatif menagih. Tapi karena rasa tidak enak itu tadi, terpaksa menunggu inisiatif orang ang berhutang. Tapi itu tidak akan pernah terjadi. Sebab ditagih pun bisa saja muncul alasan lagi.
7. Ketika mulai ditagih, kalau lewat mengalihkan pandangan
Kebetulan pemilik warung punya keberanian menagih. Tapi setelah itu jika jalur lalu lalang orang itu lewat depan warung, berusaha mengalihkan pandangan. Jangankan menyapa, pemilik warung jelas terlihat didepan saja kadang pura-pura tidak lihat.
Baca juga: 8 Macam Tipe Pembeli Yang Suka Hutang Di Warung Tetangga