Suami yang bekerja mencari uang dan istri jadi ibu rumah tangga, merasa bahwa sumber keuangan berasal dari dirinya saja.
Akhirnya cenderung menganggap suami bekerja sedangkan istri cuma menghabiskan uang saja. Karena pemikiran semacam itu akhirnya suami menjadi pelit terhadap istri.
Pengeluaran besar yang dilakukan istri dianggap sebagai pemborosan hingga akhirnya membatasi uang belanja istri.
Agar pola pikir itu tidak terus berjalan, perlu pemahaman seperti ini agar suami tidak terlalu pelit kepada istri.
Pola pikir agar suami tidak pelit kepada istri
1. Istilah suami bekerja dan istri di rumah harus diganti dengan pemahaman ini
Sebenarnya suami tidak bekerja sendiri dan istri bukan cuma di rumah. Keduanya hanya sedang bagi tugas. Suami melakukan pekerjaan yang mendapatkan imbal balik uang sedangkan istri melakukan pekerjaan yang menumpuk di rumah.
Keduanya melakukan tugas masing-masing agar kehidupan rumah tangga berjalan seimbang. Dan pilihannya istri yang di rumah karena itu adalah pilihan wajar yang diakui oleh banyak orang sebagai sesuatu yang normal.
Tentu saja, untuk itu suami harus rela berbagi dengan istri tentang hasil yang didapat. Sebab tugas istri di rumah suami juga ikut merasakan dampaknya.
2. Dibalik rejeki suami ada rejeki istri yang dititipkan
Rejeki memang tidak selalu datang dari diri sendiri. Ada kalanya melalui perantara yaitu dari suami sendiri. Kalau suami tidak memberi uang pada istri, artinya suami memakan hak milik istri.
Suami harus memiliki pola pikir semacam ini agar tidak menganggap bahwa uang yang dihasilkan adalah milik dia seorang.
3. Istri tidak menghabiskan uang tapi membantu mengelola dengan cara yang lebih baik
Pemahaman tentang istri menghabiskan uang istri harus dihapus dalam pikiran. Suami harus memiliki pola pikir bahwa istri adalah manager pribadi yang tidak perlu dibayar.
Menerima uang dari suami, kemudian dikelola dengan baik agar bisa digunakan bersama-sama untuk satu keluarga.
Bayangkan jika itu diserahkan pada ahli yang bukan istri sendiri, berapa banyak biaya yang harus dikeluarkan.
4. Memberi nafkah istri itu adalah hal wajib yang artinya harus dilakukan sebagai konsekuensi menikahinya
Sejak awal sudah ada niat untuk menikahi artinya harus menerima tanggung jawab sebagai suami. Memenuhi setiap kebutuhan istri lahir atau batin.
Itu sudah menjadi konsekuensi karena menikahinya. Kalau tidak siap dengan itu, tidak ada gunanya lagi menyesal karena menikah.
5. Tentunya istri dengan keadaan seperti sekarang ini, pasti ada yang bersedia memberinya nafkah berkali-kali lipat
Bayangkan saja sebagai suami, jika istri menikah dengan orang lain. Tidak menyerahkan hidupnya pada suami yang pelit, tentu saja istri bisa merasakan keadaan yang lebih baik dari saat ini.
Tidak ada yang salah dengan istri, karena dia memang punya hak untuk mendapatkannya.
Tapi namanya sudah terlambat, istri sudah menyerahkan hidupnya, dan kalaupun harus 'ganti' suami juga berpikir panjang, cuma bisa berharap suami menjadi lebih peduli akan kondisi keuangan istrinya.
Kalau memang dengan pemahaman pola pikir diatas tidak memberi dampak, para suami mungkin perlu bertukar peran. Biarkan istri di luar rumah mencari nafkah, sedangkan suami tinggal di rumah mengurus rumah tangga.
Asal tahu saja, suami di luar nakal menghabiskan uang. Istri nakal diluar uang malah semakin bertambah.
Baca juga: 6 Pikiran Suami Ketika Istri Mulai Jarang Masak