Hubungan dengan saudara itu bisa rusak hanya karena warisan. Ini merupakan masalah yang sensitif dan tidak jarang memberi pengaruh buruk terhadap cara pandang antar saudara.
Meskipun dalam banyak hal lain bisa dikatakan baik, kadang hanya karena warisan memicu sentimen yang tidak perlu.
Bahkan hal ini bisa menjadi beban pikiran berkepanjangan, yang tentu saja akan mempengaruhi dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu, perlu pemahaman seperti ini agar suasana dan pikiran menjadi adem.
Penanaman pikiran agar warisan tidak memicu permusuhan antar saudara
Ilustrasi debat rebutan warisan
1. Meyakinkan pada diri sendiri, bahwa sejak awal memang tidak memilikinya
Jangan lagi menerjemahkan mentah-metah bahwa warisan adalah hak seutuhnya, seolah kita harus mendapatkan sesuai porsi yang diinginkan. Kita harus mulai berpikir bahwa sebelumnya kita tidak punya, tidak memiliki, dan semua itu hanya diberi.
Artinya kita pantas bersyukur karena diberi tanpa harus membandingkan persentase dengan saudara yang lain. Masih mending diberi daripada tidak sama sekali. Akan lebih baik jika seluruh anggota keluarga sama-sama menanamkan pemikiran seperti ini.
2. Lihat mereka yang harta sudah lebih dulu dihabiskan orang tuanya, atau malah tidak punya sejak awal
Kalau masih ada yang bisa dibagi dengan saudara lain, itu jelas lebih baik berapapun yang didapat. Bandingkan mereka yang sudah sejak awal, harta dihabiskan orang tua. Atau mereka yang sejak awal tidak memiliki apa-apa.
Ada banyak sekali orang yang memiliki orang tua tanpa banyak harta untuk diberikan pada anak. Bekerja semata-mata hanya untuk makan hari ini dan besok belum terpikir lagi.
3. Akan lebih baik jika pikiran difokuskan untuk mendapatkan yang lebih dari semua itu
Menjadi beban pikiran hanya untuk 'meminta hak lebih' yang berasal dari pikiran sendiri itu rugi besar. Berapa sih selisih yang kita anggap penting itu?. Paling juga tidak seberapa jika dilihat dari hasil produktif yang bisa kita manfaatkan.
Akan lebih baik jika pikiran kita fokuskan pada pengembangan diri. Yakin kok kalau kita serius, kita bisa mendapatkan lebih dari yang kita anggap sebagai 'hak' kita.
4. Ingat juga rejeki sudah diatur
Kenapa harus berpikir rugi jika mendapatkan lebih sedikit. Bukankah itu sudah menjadi rejeki kita yang harus disyukuri. Rejeki sudah diatur bung, kalau memang kapasitas kita cuma segitu, tentunya kita tidak akan mendapatkan lebih.
Anggap saja total rejeki kita dibagikan dengan berbagai cara yang salah satunya adalah warisan, selebihnya kita bisa cari sendiri.
5. Kalaupun kita merasa mendapatkan hak lebih besar, tidak memberi pengaruh banyak pada kehidupan
Lagi-lagi berapa banyak sih pengaruh pada kehidupan kita dengan kelebihan yang kita inginkan. Porsi makan masih sama, penghasilan masih sama, kalaupun itu merupakan usaha juga tidak memberi pengaruh besar. Tidak sebanding dengan permusuhan yang tercipta jika dibandingkan dengan kelebihan yang kita dapat.
6. Dan tentu belum tentu kita akan bisa menikmati semuanya
Lihat contoh yang sudah ada, sudah berapa banyak orang berbuat kecurangan, serakah, bahkan berbuat tidak baik hanya untuk mendapatkan keinginannya. Tapi setelah itu tidak bisa menikmati karena lebih dulu sakit atau meninggal dunia.
Apalagi warisan yang tidak memberi hasil produktif, tentunya akan rugi jika kita mengorbankan keluarga demi sesuatu yang tidak begitu menguntungkan dari cara pandang netral.
7. Mungkin kalau percaya, ingat hukum karma
Orang serakah baru mendapatkan hasil kemudian tertimpa musibah, rejeki seret, bahkan ada yang meninggal dunia. Atau apa saja yang intinya terkait dengan keserakahan yang diperbuat sendiri.
Jangan sampai kita menjadi seperti itu hanya karena selisih yang tidak seberapa. Mending mengalah dan akhirnya mendapatkan balasan berlipat-lipat dari cara yang berbeda.
Baca juga: Zaman Berubah, Alasan Orang Desa Jadi Idaman Untuk Menikah