Pada lingkungan padat penduduk, kebanyakan dalam membangun rumah sering menerapkan satu tembok untuk dua rumah. Kebanyakan berusaha memanfaatkan ruang secara maksimal agar mendapatkan luas bangunan yang lebih lebar.
Hingga sering sekali ketika kanan kiri sudah terdapat rumah, sengaja tidak membangun tembok sendiri. Tembok ikut tetangga agar lebih hemat ruang juga biaya. Meskipun pada awalnya sudah berunding dan baik-baik saja dengan tetangga, tetap saja itu kurang begitu baik.
Karena ada beberapa kerugian yang bisa dirasakan kedepannya. Dan berikut kerugian jika memiliki rumah satu tembok untuk dua rumah, dengan status berdempetan numpang pada tembok tetangga.
7 Kerugian Bangun Rumah Tembok Ikut Tetangga, Satu Tembok Dua Rumah
1. Privasi kurang terjaga
Saat kita menyalakan TV, suara akan langsung terdengar oleh tetangga. Tetangga ribut sama pasangan juga akan langsung terdengar oleh kita. Insulasi yang kurang bagus ini tentu saja akan mempengaruhi privasi kedua belah pihak. Apalagi kita yang statusnya 'numpang', tentu akan semakin membuat perasaan tidak nyaman. Maka jika ingin membangun, sebaiknya membangun dengan diberi ruang sekat. Jika luas lahan sempit minimal tetap membangun tembok sendiri.
2. Kenyamanan kurang maksimal
Hanya masalah numpang tembok, rasa nyaman kita itu akan sangat berkurang. Sehingga dengan tetangga kita tidak akan bisa memiliki posisi netral. Sampai kapanpun kita akan terus merasa hutang budi yang sebenarnya tidak perlu. Bukan maksud untuk berniat buruk, meskipun sesama tetangga selalu menjalin hubungan baik, tetap saja kita butuh posisi yang setara. Dengan mengalah membangun tembok sendiri, percayalah itu akan membuat kita benar-benar merasa nyaman selayaknya menempati rumah sendiri. Jangan sampai sudah menempati rumah sendiri tapi merasa masih numpang sebagian pada orang lain.
3. Kalau ada kebakaran bisa langsung merambat
Memberi jarak dengan rumah tetangga itu perlu, kecuali memang lahan mepet. Kalau dirasa masih cukup banyak ruang, lebih baik diberi jarak dengan tembok tetangga. Lagipula jarak tersebut masih bisa dimanfaatkan untuk ruangan luar. Tidak serta merta tanpa guna begitu saja. Dengan begitu jarak masih bisa dimanfaatkan dan resiko kebakaran cepat merambat menjadi lebih kecil.
4. Kalau tetangga rewel bisa jadi poin yang diungkit-ungkit
Meskipun selalu berusaha baik, kita belum tentu akan sepenuhnya terhindar dari tetangga yang rewel. Akan ada satu kondisi dimana ada perselisihan. Iya kalau rumah itu tetap ditinggali tetangga yang baik, kalau dijual, ditempati kerabat, dan sebagainya dimana orangnya rewel, hanya sebatas tembok pun bisa jadi bahan untuk diungkit-ungkit terus menerus.
5. Tidak bisa menambah ventilasi secara maksimal
Ventilasi banyak sekali manfaatnya, salah satunya untuk sirkulasi udara. Sehingga ruangan bisa dimanfaatkan secara maksimal. Bayangkan jika ruangan yang mepet tetangga digunakan untuk dapur, mau dibuang kemana segala asap yang bisa mengganggu seluruh ruangan. Meskipun cuma berjarak beberapa cm saja, itu sudah lebih baik untuk keluar masuknya udara.
6. Kalau retak atau bocor bisa merembet
Tembok tetangga retak, bocor, kalau tidak ada komunikasi paling cuma saling diam dan tidak ada upaya diperbaiki. Diperbaiki satu sisi saja bisa merembet ke bagian yang lain. Intinya semua akan kena dampaknya, dan itu bisa menciptakan konflik yang tidak diinginkan. Kalau bangun sendiri, kita bisa menentukan kualitasnya sesuai kebutuhan. Kita juga bebas berkreasi dengan tembok yang dibangun sendiri.
7. Instalasi perabot bisa jadi masalah jika membutuhkan paku memaku atau menaman besi
Mau pasang lemari tanam, tangga, atau sekedar pasang pigura untuk mempercantik ruangan, tentu saja butuh paku atau malah menanam besi dalam tembok. Itu buruk jika masih menggunakan tembok tetanga, bisa-bisa kita dianggap tetangga tidak tahu diri. Tapi kalau bangun sendiri, tentu kita bebas berkreasi dengan tembok tersebut.
Baca juga: 8 Tipe Tuan Rumah Yang Biasanya Tidak Disukai Tukang Bangunan