Menikah membuka pintu rejeki, banyak yang meyakini semua itu kemudian menelan mentah-mentah begitu saja. Cukup dengan menikah, kemudian hidup apa adanya dan berharap finansial akan meningkat dengan sendirinya.
Tapi pada kenyataannya, hidup malah semakin susah. Biaya hidup yang hanya cukup untuk satu orang bahkan kurang, kini dibagi dua. Belum lagi kebutuhan lain yang membebani. Kemudian karena masalah ekonomi tersebut, akhirnya keduanya bercerai. Dan inilah alasannya.
Ini hanya opini pribadi, tidak secara spesifik terkait dengan agama atau kepercayaan apapun.
Jika Menikah Membuka Pintu Rejeki, Kenapa Banyak Yang Cerai Karena Masalah Ekonomi, Ini 4 Jawabannya
1. Banyak yang menafsirkan rejeki itu hanya harta kekayaan
Rejeki itu banyak macamnya dan bukan hanya harta kekayaan saja. Anak yang luar biasa, kesehatan, keluarga, dan masih banyak yang lainnya. Sedangkan mereka yang menafsirkan rejeki hanya harta semata, berpikir bahwa dengan menikah keuangan akan langsung membaik. Bisa jadi sebelum menikah merasa ekonomi sulit, dan berharap setelah menikah semua akan menjadi lebih baik. Padahal, bisa saja menjadi lebih parah. Wkwkwk.
2. Rejeki dalam bentuk harta pun perlu diusahakan
Namanya harta benda itu perlu diusahakan untuk didapatkan. Tentunya dengan usaha yang benar, tepat, dan diperhitungkan. Lalu bagaimana ceritanya mau punya harta melimpah, jika pada dasarnya saja sudah miskin tapi tidak mau berusaha. Setelah menikah pilih-pilih kerjaan dan maunya yang enak saja. Atau sudah membuka usaha tapi tidak mau inovasi, belajar tentang perubahan, yang akhirnya ketinggalan sama yang lain.
3. Standar pencapaian yang terlalu tinggi dan tidak sesuai keadaan sendiri
Suami istri dengan penghasilan 2 juta per bulan, bisa cukup bersyukur karena bisa mengolahnya, dan pasti tinggal di lingkungan yang tepat. Dan pandangan keduanya tidak terlalu tinggi, bisa menyesuaikan dengan pemasukan yang ada untuk memenuhi kebutuhan. Tapi suami istri dengan penghasilan 3 juta per bulan, bisa cek cok terus masalah ekonomi. Karena keduanya memiliki standar yang tinggi. Jadi rejeki meskipun terbuka, jika cara pandangnya berbeda tetap bisa menjadi sebuah masalah. Apalagi jika istri di rumah dan suami cuma tiduran tidak ada penghasilan.
4. Pengelolaan yang buruk
Rejeki dalam bentuk harta sudah rutin masuk setiap bulan. Tapi pengelolaan buruk dalam prakteknya. Ujung-ujungnya kebutuhan pokok belum terpenuhi, malah mendahulukan keinginan yang sebenarnya tidak begitu perlu. Apalagi ada keinginan yang masih banyak belum terpenuhi.
Jadi semua itu tergantung dari diri kita sendiri. Bagaimana caranya berusaha dan memiliki sudut pandang yang tepat terhadap makna dari rejeki itu sendiri.
Baca juga: 10 Kelebihan Dan Kekurangan Kompor Listrik, Nomor Terakhir Bikin Elus Dada