Korban meninggal terus bertambah mencapai 127 orang terkait tragedi Kanjuruhan imbas dari pertandingan Arema FC vs Persebaya Surabaya di Liga 1, Sabtu (1/10/22).
ini diawali oleh kemarahan suporter tuan rumah yang merasa tidak terima karena FC kalah 2-3 dari Persebaya di Liga 1. (cnnindonesia.com).
Tentunya ini menjadi kabar duka dalam Dunia sepak bola Tanah Air. Yang membuat heran, apa yang sebenarnya ada di pikiran mereka?.
Apakah mereka tidak memikirkan apa yang mereka lakukan memberi dampak kerusakan yang sangat parah. Banyaknya korban sudah menunjukkan bahwa mereka sebagai pemicu kerusuhan memiliki mental yang lemah.
Mental orang-orang tertinggal yang cenderung memilih zona kemenangan semu, dimana tidak ada target pencapaian yang lebih tinggi dari peningkatan suatu kualitas.
Mental orang-orang lemah seperti ini, hanya mengedepankan emosi dan ego sendiri untuk hal yang tidak benar-benar penting untuk hidup mereka.
Apa sih untungnya yang didapatkan dari aksi semacam itu?, tidak ada. Apakah hidup mereka menjadi lebih baik?, tentu saja tidak.
Mereka justru akan merusak pola pikir diri sendiri. Mudah tidak terima dengan berbagai macam bentuk kegagalan dalam kehidupan sehari-hari.
Yang sangat mungkin, hal itu membuat mereka susah untuk maju. Belum lagi konsekuensi atas apa yang mereka lakukan. Hidup sudah sulit, kenapa musti tambah dipersulit.
Harapan kedepan, semoga kasus ini dilakukan penyelidikan yang mendalam kemudian pelaku atau biang kerusuhan mendapatkan hukuman yang setimpal.