Setiap orang tentu punya impian untuk bangun rumah sesuai keinginan. Namun tidak semua orang punya dana cukup untuk mewujudkannya. Sehingga salah satu solusi untuk memenuhi pendanaan bangun rumah, adalah merantau untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dengan gaji tinggi.
Kemudian dari perantauan meminta orang yang dipercaya untuk menjadi tangan kedua mengurusi pembangunan di kampung. Misalnya saja menyerahkan kepercayaan kepada kerabat dekat baik itu pasangan, saudara, bahkan mungkin saja tetangga yang hanya memiliki hubungan saudara jauh.
Tentu saja ada resiko jika memutuskan hal ini. Berdasarkan banyak kasus yang terjadi, biasanya ini resiko yang besar kemungkinan terjadi jika bangun rumah hanya mengandalkan kirim duit dari perantauan.
7 Resiko Bangun Rumah, Hanya Modal Kirim Uang Dari Perantauan
1. Desain rumah tidak sesuai keinginan padahal sudah dijelaskan bahkan diberi gambar desain yang jelas
Kadang memang tidak ada niat untuk berbuat tidak sesuai, tapi kadang komunikasi tidak langsung menciptakan salah pemahaman. Akhirnya apa yang diminta tidak sesuai dengan harapan. Apalagi yang hanya modal omongan saja, yang modal gambar desain saja, kadang di lapangan mendapatkan hasil yang berbeda.
2. Biaya membengkak karena banyak dana yang dipangkas
Dana yang dipangkas itu biasanya orang kepercayaan sengaja memotong untuk biaya yang tidak perlu. Misalnya menghitung sendiri biaya perjalanan melebihi batas kewajaran. Dan masih banyak hal lain, yang intinya biaya pemangkasan sesuai keinginan orang yang diberi tanggung jawab.
3. Mendorong orang untuk berbuat kecurangan
Bahkan juga bisa mendorong orang untuk melakukan kecurangan masalah pembiayaan, manipulasi nota dan sebagainya. Atau kecurangan seperti misalnya menggunakan uang yang ada untuk kepentingan pribadi lebih dulu. Atau mengambil bahan untuk renovasi rumahnya sendiri. Misalnya ambil semen 1 untuk memperbaiki kamarnya sendiri, atau renovasi salah satu bagian rumahnya sendiri.
4. Pekerjaan asal-asalan karena pencarian Tukang asal mau dibayar murah
Kita juga belum tentu mendapatkan Tukang sesuai harapan. Kadang demi mendapatkan keuntungan lebih, asal cari tukang yang penting dapat dan mau dibayar murah. Dengan begitu margin atau selisih bayaran standar tukang bisa masuk kantong pribadi.
5. Pengawasan yang kurang maksimal
Pengawasan juga bisa kurang maksimal, karena calon pemilik rumah tidak bisa mengawasi langsung. Padahal sudut pandang pemilik dana dengan tangan kedua itu jelas berbeda. Ada kemungkinan mendapatkan orang yang malas, dan hanya mengawasi seperlunya saja.
6. Tidak bisa komplain langsung ketika ada hal yang tidak berkenan
Meskipun dapat kiriman foto setiap prosesnya, belum tentu itu sesuai dengan melihat langsung. Kadang di foto tampak baik-baik saja, tapi jika lihat langsung ada hal yang tidak benar. Dan kekecewaan itu biasanya muncul setelah pulang dari perantauan.
7. Pengurangan material dengan takaran atau kualitas yang kurang baik
Besi untuk beton dikurangi, campuran semen dikurangi, dan masih banyak cara lain untuk mengurangi material. Hal ini tentu saja dikombinasikan dengan poin ketiga untuk mendapatkan keuntungan lebih dari yang seharusnya.
Saran
Karena banyaknya kasus kekecewaan setelah pemilik pulang dari perantauan, hal ini sebenarnya kurang bagus untuk dilaksanakan. Lebih baik jika ingin bangun rumah dari perantauan, orang kepercayaan hanya diberi tugas untuk mengawasi.
Misalnya saja dari anggota keluarga. Sisanya diberikan pada pemborong profesional, karena ada desain yang jelas, rancangan belanja, dan masih banyak yang lainnya.
Sehingga meskipun lebih mahal dari pembangunan normal (diawasi sendiri), tapi setidaknya uang tidak terbuang sia-sia. Misalnya untuk pemborong bangunan dana 300 juta mendapatkan hasil setara rumah 280 juta jika diawasi sendiri, itu lebih baik daripada dicurangi kerabat kemudian mendapatkan hasil setara 150 juta tapi uang yang dikeluarkan senilai 300 juta.
Baca juga: Nomor Kontraktor Bangunan Kota Salatiga