Untuk kita yang berasal dari generai 90an tentu saja paham ketika masa kejayaan angkot di Kota masing-masing. Pada saat angkot berjaya, banyak sekali sopir angkot yang wajib menggunakan kernet.
Karena sopir angkot benar-benar aktif wira wiri untuk mengangkut penumpang secepat mungkin. Itupun tidak selalu penumpang dapat tempat hingga harus menunggu angkot berikutnya.
Sebagai penumpang harus rela siap dipinggir jalan agar dapat tumpangan, bahkan kadang harus lari atau jalan lebih cepat, demi tidak ditinggal ketika butuh salah satu jenis transportasi ini.
Pada masa kejayaan angkot, banyak juragan yang mampu menambahkan beberapa armada sekaligus. Bahkan bisa dikatakan juragan angkot pada masa itu benar-benar disegani.
Jangankan juragan angkot, sopir pun seolah berada dipuncak pergaulan karena sifatnya yang royal dan mudah keluar uang untuk kesenangan bersama.
Namun tidak ada yang abadi, seiring berjalannya waktu, dimana pengguna pribadi sudah mulai memiliki motor, masa kejayaan sopir angkot mulai pudar.
Kernet harus rela jemput bola masuk-masuk jalan kecil untuk menjemput calon penumpang. Bahkan rela membawakan barang-barang yang dibawa oleh penumpang.
Namun, semakin bertambahnya tahun keberadaan kernet mulai tidak dibutuhkan. Sebenarnya bukan karena fungsinya yang hilang, tapi karena sopir sendiri pun kesusahan untuk mencapai setoran.
Ditambah maraknya jenis transportasi online, semakin membuat sopir angkot terjepit. Setoran mobilpun tidak pasti, semua tergantung kebaikan hati juragan pemilik angkot.
Akhirnya selain jemput bola, banyak juga sopir yang rela menunggu penumpang dalam waktu yang cukup lama. Jika suatu saat angkot punah, bersyukurlah bagi kita yang pernah merasakan jadi penumpangnya.